Kehidupan Cinta Masyarakat Modern
Oleh: Muhammad Rizqi Hasan (22)
“Cinta”, satu kata yang
pendek namun sangat sulit untuk dijabarkan. Para remaja memahami cinta sebagai
hasrat erotis. Orang-orang dewasa memahaminya sebagai sebuah tanggung jawab.
Para orang tua memahaminya sebagai sebuah penyatuan jiwa. Pemahaman yang salah
mengenai cinta dapat mengakibatkan hal-hal negatif yang dulu dianggap tabu,
namun sekarang sudah dianggap lumrah. Seks bebas, perselingkuhan, dan
penyimpangan seksual merupakan beberapa hal negatif yang disebabkan salah
persepsi tentang makna cinta, sehingga manusia-manusia modern sering
mengatasnamakan cinta untuk alasan mereka melakukan hal-hal tersebut.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan masyarakat modern? Melalui artikel ini, saya
akan memaparkannya
dengan tambahan saran-saran yang bisa digunakan untuk mengatasi persoalan di
atas.
Peristiwa-peristiwa
menghebohkan terjadi akhir-akhir ini, mulai dari pemerkosaan sesama pria,
maraknya hubungan sesama jenis, hingga kasus suami yang tega membunuh istrinya.
Ini merupakan bukti konkret tentang kesalahan manusia modern memahami cinta.
Sehingga apabila dibiarkan hal-hal tersebut bisa mengkultur di kehidupan
manusia modern.
Mengenai cinta sendiri,
seorang psikoanalisis berkebangsaan Jerman, Erich Fromm, mendefinisikannya
sebagai “usaha seseorang untuk lepas dari keterasingan seusai lepas dari
penyatuannya dengan sang ibu”.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan manusia bermula dari ibu, sembilan bulan
di kandungan, dua tahun menghisap ASI, semua bermula dari ibu. Lalu kesatuan
dengan ibu tersebut mulai memisah setelah ibu menyapih anaknya dengan rasa
sakit yang sangat dalam. Lepas dari ketersatuannya dengan ibu,manusia mulai
mengenal orang lain untuk menghilangkan rasa keterasingannya. Dari kejadian ini
manusia mulai mengenal cinta, yaitu cinta persaudaraanyang diwujudkan dengan interaksi
untuk memnuhi kepentingan bersama, yaitu menghilangkan rasa keterasingan
tersebut, manusia mulai bermain-main dengan sesamanya, kemudian menuju cinta erotis, cinta keibuan, dan
cinta Tuhan. Namun pembahasan kita saat ini bukan
terpaku pada hal itu, jika pembaca ingin memahami lebih lanjut tentang hal
tersebut, saya anjurkan agar membaca buku The Art Of Loving yang ditulis
oleh Erich Fromm. Kita cukup memahami pengertian cinta saja, agar pembahasan
kita bisa lebih terfokus sesuai dengan judul.
Cinta yang saya bahas
pada artikel ini adalah cinta erotis(cinta manusia terhadap lawan jenis nya). Mengacu pada
pengertian diatas, tujuan manusia mencintai adalah untuk menghilangkan rasa
keterasingan, jadi manusia bebas melakukan apapun unntuk mencapai tujuannya
tersebut. Namun,
di sisi lain manusia juga terikat peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan.
Di antara
peraturan itu ialah peraturan agama, peraturan sosial, dan peraturan hukum. Didalam
agama manapun, pembunuhan, penyimpangan seksual, dan perselingkuhan tidak akan
pernah diperbolehkan. Begitupun di dalam norma-norma sosial, hal-hal seperti
pasti akan mendapat perlawanan dari masyarakat sekitar, minimal
ketidaksetujuan. Didalam hokum sebuah negara pun juga jarang yang
memperbolehkan hal-hal tersebut.
Masayarakat modern, yang
notabenenya adalah masyarakat kapitalis, menerapakan prinsip kapitalis,
jual-beli, mencari keuntungan material di segala bidang kehidupan, tak terkecuali
dalam kehidupan cinta. Masyarakat modern, sebelum belajar mencintai, mereka
cenderung menentukan objek cinta terlebih dahulu, “ingin dicintai sebelum belajar mencintai”.
Mereka mencari orang yang bisa memberinya keuntungan, mereka bergantung pada
orang yang bisa memberikan sesuatu, atau dengan kata lain, cinta mereka cenderung
simbiotik. Padahal kalau dikiaskan dalam dunia tulis-menulis, seseorang harus
mengertti terlebih dahuklu cara menulis yang benar sebelum mereka mencari objek
untuk ditulis. Akhirnya ketika mereka merasa sudah mendapat yang di cari dan pasangannya
sudah tak bisa memberi yang ia harapkan lagi, mereka akan meninggalkannya, atau
mencari yang baru, atau bahkan menyingkirkannya untuk mecari yang baru, yang
bisa memberi apa yang ia butuhkan. Itulah mengapa di kehidupan modern sering
terjadi perselingkuhan, pembunuhan, dan lain sebagainya dengan nama cinta .
Mengenai penyimpangan
seksual, manusia modern terlalu fanatik dengan paham feminisme, atau paham lain yang
mengajarkan kesetaraan gender. Hal ini seolah-olah tidak menjadi masalah, sebab masyarkat
kapitalis sangat membutuhkan hal itu untuk memenuhi posisi buruh di pabrik-pabrik
mereka. Kesetaraan gender inilah yang menghilangkan rasa feminim atau maskulin
seseorang. Ketika sesorang mendapat kasih sayang yang cenderung paternalis
sejak kecil, mereka cenderung menjadi sosok yang pengatur, keras, dan
sifat-sifat kebapakan lainnya. Dan ketika seseorang mendapat kasih sayang yang
cenderung maternalis sejak kecil, mereka cenderung menjadi orang yang ingin
diatur, ingin dimanja-manja, tak ingin dimarahi, dan sifat-sifat keibuan yang
lain. Kembali lagi pada paham kesetaraan, diman feminim dan maskulin tak
dianggap lagi, mereka tak peduli tentang siapa yang dicintai atau yang mereka
cintai, yang terpenting baginya ialah objek cintanya bisa memperlakukan
sifat-sifatnya dengan baik, sesuai dengan perlakuan yang didapat ketika masih
kecil. Sehingga jika seorang laki-laki bersifat paternalis bertemu dengan
laki-laki bersifat maternalis, mereka akan merasa nyaman.
Cinta erotis seharusnya
adalah kerelaan yang mengikuti peraturan. Seperti misalnya di dalam agama islam
terdapat “maqasidus syari’ah” yang salah satunya adalah menjaga keturunan,
melestarikan keturunan yang berarti untuk memenuhi tujuan tersebut, seorang
laki-laki harus menikah dengan perempuan. Begitu juga agama-agama lain juga mengatur
begitu, agar manusia tetap lestari di dunia ini. Di dalam peraturan hukum negara dan norma masyarakat pun juga demikian,
laki-laki harus menikah dengan perempuan. Cinta erotis seharusnya adalah cinta
yang tidak bergantung, “biarkan dia menjadi dirinya sendiri, dan aku menjadi
diriku sendiri, namun kita tetap menyatu, dengan kata lain kita adalah dua
potong tubuh yang berbeda tetapi
dengan satu jiwa yang saling terikat”.
Kesimpulannya, masyarakat
modern adalah masyarakat yang masih kekanakan, yang memandang cinta dengan
prinsip kapitalisme dan feminisme. Dari
tiga pemahaman tentang cinta di bagian pembuka di atas, pemahaman yang paling benar adalah
pemahaman orang dewasa, yaitu tanggung jawab. Sebab dengan tanggung jawab,
peraturan dapat terpatuhi, hasrat erotis dapat terpenuhi, dan penyatuan jiwa
pun akan terlaksana.
Komentar
Posting Komentar